Bagi
orang awam, maritim hanya berkonotasi nelayan dan pelayaran. Padahal
dengan 17.506 pulau yang ada maka Indonesia dengan tanah subur , maka
semestinya persoalan kemakmuran tidak menjadi masalah. Bandingkan dengan
Singapura, air saja mereka impor dari Malaysia dan Indonesia, namun
karena para pemimpinnya jujur dan tidak mengkhianati rakyat, maka
kemakmuran rakyat dapat tercipta.
Kemaritiman Nusantara merupakan refleksi kejayaan Maritim Sriwijaya
dan Majapahit pada era perubahan besar .Kedua kerajaan itu mewariskan
budaya politik persatuan dan kesatuan bangsa. Demikian dikatakan oleh
H. Abdul Chalim MZ alias Lie Kwong Ling sebagai Ketua Pembina Yayasan
Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia, pada Rabu (28/5)pagi di Jakarta.Pada era perubahan besar saat ini bangsa ini menghadapi tantangan dari sikap tatalaku konsumtif dan runtuhnya harkat martabat bangsa.Perdana Menteri China Zhu Rong Ji pernah mengumpulkan seluruh walikota untuksegera membangun dermaga laut sepanjang pantai Timur Asia dengan kapasitas bisa bersandar 10 kapal dengan muatan barang 60.000 ton, total 600.000ton barang jadi per hari. Sehingga perputaran barang tidak sedikit jumlahnya sebagai perangsang kegiatan exim.
Kenapa China melakukan pembaruan di bidang maritim? Karena mereka sadar akan kekurangan dalam memasukkan dan mengeluarkan barang yang maksimal dengan keuntungan mendulang devisa negara demi memakmurkan rakyatnya. Bandingkan dengan Indonesia. Di Tanjung Priok hanya ada satu pintu untuk bongkar muat shingga kapal lain harus menunggu. Akibatnya, terjadi biaya untuk kapal menunggu yang dibebankan kepada importir. Bila demiian , maka barang di Indonesia tidak bisa dijual dengan harga murah. Indonesia butuh dermaga raksa antara 25 hingga 30 lagi di berbagai daerah bila pemerintah fokus pada 5 pulau besar yang ada demi perkembangan ekonomi. Meski demikian tidak mengabaikan kepulauan lainnya yang dapat dikembangkan potensi yang ada demi pemerataan dan perkembangan perekonomian yang merangsang produksi ekpor impor.Untuk itulah , rakyat mengharapkan pemerintah merealisasikan ekonomi maritim yang didambakan demi anak cucu kelak.
Lebih lanjut Abah Chalim(demikian ia biasa dipanggil) mengatakan, pembangunan nasional era orde baru hingga hari ini (1967-2008) hanyalah kemakmuran semu. Buktinya, di tengah sebagian kecil masyarakat yang hidup royal ternyata 36 juta rakyat sangat miskin.Menurut prediksi BPS jumlah rakyat miskin akan bertambah lagi 15,68 juta pada Juni 2008 akibat dampak kenaikan harga BBM yang hampir mencapai 30%.Andai akar permasalahan bangsa ini adalah kemakmuran yang salah dalam mengelola potensi alam, maka menjadi sebuah kewajiban para pemimpin untuk memanfaatkan potensi maritim yang ada. Sudah jelas negara maritim, tapi tetap saja belum dapat memanfaatkan potensi yang ada.Alangkah malangnya nasib bangsa ini….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar