Pada masa terbunuh dan digantinya Jayanagara ini, Odoric dari Pordonone,
pendeta ordo Fransiskan dari Italia mengunjungi Jawa, Sumatera dan
Kalimantan. Setelah terbunuhnya Jayanagara, Gajah Mada berkeras
Tribhuwanattunggadewi dijadikan ratu Majapahit. Belum ditemukan bukti
yang cukup seputar alasan kekerasan hati Gajah Mada atas penunjukan ini.
Namun,
dari analisis ras, Gajah Mada mungkin khawatir singgasana akan jatuh
pada Arya Damar, keturunan Raden Wijaya dari istri yang asal Jambi.
Sementara, Tribhuwanattunggadewi adalah putri keturunan Raden Wijaya
asli pulau Jawa. Mungkin saja, opini yang muncul saat itu adalah putra
asli atau bukan. Atau, dimungkinkan pula, dengan beralihnya kekuasaan
pada ratu ini, Gajah Mada lebih leluasa dalam mengambil tindakan.
Konflik suksesi ini terbukti dengan baru dilantiknya Ratu
Tribhuwanattunggadewi tahun 1329, sekurang-kurangnya menurut Charles
Kimball. Pemimpin perempuan Majapahit ini berkuasa sejak 1329 hingga
1350 M. Pada fase ini, Majapahit memulai fase penaklukannya.
Mahapatih
Arya Tadah pensiun tahun 1329 M, dan praktis posisi tersebut jatuh ke
tangan Gajah Mada. Tribhuwanattunggadewi sangat mendukung
program-program Gajah Mada. Tahun 1331 M meletus pemberontakan Sadeng
dan Keta, di wilayah timur Pulau Jawa. Gajah Mada mengirim ekspedisi
militer ke sana dan berhasil memadamkan pemberontakan wilayah tersebut.
Ra Kembar, salah satu bangsawan dan pejabat Majapahit berusaha menutup
jalan pasukan Gajah Mada ke wilayah Sadeng, baik secara politik maupun
militer.
Namun, blokade tersebut berhasil ditembus, dan kedua
wilayah kembali masuk ke kekuasaan Majapahit, terutama dengan kekuatan
militer. Pasca pemberontakan Sadeng dan Keta, Leo Suryadinata menulis
Gajah Mada segera diangkat selaku Mahapatih Majapahit. Sumpah Palapa pun
diucapkannya saat pelantikan. Sumpah tersebut disambut olok-olok para
menteri lain semisal Ra Kembar, Ra Banyak, Jabung Terawas, dan Lembu
Peteng. Peristiwa ini terjadi kemungkinan tahun 1331 M itu, di mana Ra
Kembar dan Ra Banyak pun (dalam waktu tidak terlalu lama) kemdian
dieksekusi mati atas persetujuan ratu, setelah sebelumnya dimutasi.
Bunyi
sumpah Gajah Mada ini dikenal sebagai Sumpah Palapa, yang terekam di
dalam Kitab Pararaton sebagai berikut : Sira Gajah Mada pepatih
amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah
nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram,
Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana ingsun amukti palapa Tahun 1333 M, di sebelah barat
kekuasaan Majapahit berdiri Kerajaan Pajajaran dengan pusat di sekitar
Bogor.
Kekuasaan dari sebelah barat Majapahit ini, di kemudian
hari, juga menentukan karir politik Gajah mada. Kerajaan ini merupakan
satu-satunya yang tidak takluk pada Majapahit, dan meski mengirim upeti
kepada Majapahit tetapi merdeka dalam hal kebijakan negaranya. Hayam
Wuruk lahir dari pernikahan Ratu Tribhuwanattunggadewi dengan suaminya,
seorang bangsawan Majapahit. Tahun bernama Wikramawardhana. Suksesi
lanjutan Majapahit kiranya relatif aman.
Prediksi stabilitas
politik ini pun kiranya membuat politik ekspansi Majapahit menjadi
stabil dan fokus. Tahun 1343 M, Gajah Mada melakukan pembuktian
sumpahnya dengan menyerang Bali. Bali sendiri bukanlah wilayah yang
belum pernah diekspansi kerajaan Jawa sebelumnya. Kira-kira tahun 1284
M, Raja Kertanegara dari Singasari pernah melaklukannya. Ekspedisi Gajah
Mada ke Bali ini juga dikenal sebagai Ekspedisi Bedahulu. Saat itu di
Bali berkuasa raja Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten, sekurangnya
sejak 1337 M. Raja Bali ini punya panglima perang perkasa bernama
Amangkubumi Paranggrigis.
Dalam aktivitasnya, Paranggrigis punya
seorang pembantu sakti bernama Kebo Iwa, asal desa Belahbatuh. Kebo Iwa
inilah yang dinilai Majapahit perlu disingkirkan terlebih dulu guna
melemahkan Bali.
Sebelum mengekspansi Bali secara militer, Gajah
Mada melakukan diplomasi terlebih dulu. Ratu Tribhuwanattungadewi
menulis surat yang dibawa Gajah Mada, bahwa Majapahit hendak bersahabat
dengan Bali. Tidak diceritakan apa yang kemudian terjadi, paling tidak,
Amangkubumi Paranggrigis kemudian menggantikan posisi Kebo Iwa selaku
orang kuat Bali.
Paling tidak, Amangkubumi Paranggrigis
'terpaksa' turun tangan sendiri untuk memimpin posisi Bali atas
Majapahit. Amangkubumi Paranggrigis mengumpulkan tokoh-tokoh untuk
membahas sikap Bali atas Majapahit. Suara bulat dicapai, bahwa Bali
tidak akan tunduk pada Majapahit. Tahun 1334 M, barulah Gajah Mada
membawa ekspedisi militer ke Bali. Dalam ekspedisi tersebut, ikut serta
Arya Damar (atau Adityawarman) yang saat itu memangku selaku panglima
perang. Bali setelah serangan Majapahit, mengalami vacuum of power.
Orang
berpengaruh di Bali yang masih hidup saat itu adalah Patih Ulung.
Namun, patih ini tidak mampu menguasai keadaan dan sebab itu ia bersama 2
orang keluarganya yaitu Arya Pemacekan dan Arya Pemasekan datang
menghadap Ratu Tribhuwanattungadewi untuk mengangkat wakil otoritas
Majapahit di Bali. Tribhuwanattungadewi (dan pasti setelah berkonsultasi
dengan Gajah Mada) pun mengangkat Sri Kresna Kepakisan (turunan Bali
Aga) selaku wakil otoritas Majapahit di Bali. Bali Aga adalah turunan
Bali pegunungan, yang kerap dipisahkan dengan Bali Mula (orang Bali
asli). Trik politik yang tetap berupaya memecah atau menyeimbangkan
orang "dalam" dan orang "luar" Bali agar tetap tunduk pada Majapahit.
Di
era yang sama pula, Gajah Mada memimpin upaya penaklukan Lombok.
Seperti telah disebut, dalam Ekspedisi Bedahulu 1333-1334 M, Gajah Mada
disertai dengan Arya Damar atau Adityawarman. Adityawarman ini kemudian
diangkat selaku wakil otoritas Majapahit di Sumatera (eks. Sriwijaya).
Adityawarman ini semenjak kecil dipelihara di lingkungan keluarga
Majapahit. Setelah penaklukan Gajah Mada, ia pun diangkat selaku vassal
Majapahit yang berkedudukan di Jambi. Adityawarman ini masih merupakan
saudara dari Jayanagara, raja Majapahit sebelumnya.
Tatkala
menjadi vassal Majapahit, Adityawarman memperluas cakupan wilayah
Majapahit hingga ke barat, Minangkabau. Ia memerintah atas nama
Majapahit. Penaklukan ini diteruskan hingga ke Kerajaan Samudra Pasai.
Termasuk ke dalamnya, penaklukan Tumasik (Singapura), Bintan, Borneo
(Kalimantan), termasuk Burni (Brunei).
Proses penaklukan Gajah
Mada juga diarahkan ke wilayah timur nusantara. Wilayah yang
ditaklukannya meliputi Logajah, Gurun, Seram, Hutankadali, Sasak,
Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar
(Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Timor, dan Dompo. Bahkan
beberapa wilayah Filipina bagian selatan juga masuk ke dalam kekuasaan
Majapahit.
Dalam proses penaklukan yang mengandalkan kekuatan
maritim ini, Gajah Mada punya andalan Panglima Angkatan Laut Nala. Pada
tahun 1350 M, terjadi "lengser keprabon mandeg pandito" Ratu
Tribhuwanattunggadewi tahun 1350 M. Ratu digantikan putranya, Hayam
Wuruk yang berkuasa 1350 - 1389 M. Kebijakan di bawah Hayam Wuruk ini
lebih berorientasi pada stabilitas politik internal, termasuk upayanya
mencari permaisuri. Sejumlah tulisan menyuratkan, politik ekspansionis
Gajah Mada berakhir di masa Hayam Wuruk ini. Hayam Wuruk lebih
menekankan pembangunan candi-candi, pengelolaan politik dalam negeri,
dan pemadaman pemberontakan dari wilayah-wilayah taklukan.
source: Seta Basri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar